Di tengah kesuksesan sinetron Preman Pensiun 4 RCTI merajai tangga rating acara televisi tanah air pada bulan Ramadan tahun 2020 ini, ada salah satu karakter di sinetron tersebut yang membuat banyak penonton penasaran, yaitu Willy.
Di sinetron Preman Pensiun 4, Willy adalah anak buah Cecep (Abenk Marco), preman yang kini jadi penguasa pasar dan terminal. Willy hadir dengan tampilan fisik menyeramkan, seperti banyak tato di tangan dan kumis yang memanjang.
Uniknya, meski tampilannya seram, polah tingkah Willy sebagai tangan kanan Cecep tak jarang mengundang gelak tawa. Gestur, warna suara, dan pemilihan kata yang sering Willy ucapkan ketika berbicara bisa membuat para penonton tertawa.
Tak hanya itu, Willy di Preman Pensiun 4 juga diceritakan memiliki tiga teman akrab yang secara penampilan tidak kalah seram namun memiliki hobi nyeleneh. Tiga teman Willy itu mempunyai hobi bermain monopoli sambil jongkok di jalan.
Berbagai kelucuan yang Willy tampilkan membuat banyak orang menyebut ia sebagai pengganti sepadan atas ketiadaan Kang Komar (Mat Drajat) di Preman Pensiun 4. Tidak sedikit juga yang menilai aktor pemeran tokoh Willy aktingnya bagus.
Baca juga:
Siapa sih aktor pemeran Willy yang banyak mendapat pujian dan tanggapan positif dari penonton itu? Dia adalah Dian Karyana alias Iyang Sule, aktor asal Bandung yang pada sinetron Preman Pensiun 4 dipercaya memerankan tokoh Willy.
Di balik berbagai kelucuan Iyang Sule dalam memerankan Willy, ternyata ia memiliki masa lalu yang kelam. Willy rupannya pernah begulat dengan dunia hitam di kehidupan nyata hingga pernah membuatnya masuk penjara selama setahun.
Fakta tersebut diungkapkan Iyang dalam wawancara di channel Youtube Andra Manihot, aktor yang selama ini dikenal sebagai pemeran DikDik di Preman Pensiun. Kepada Andra, Iyang mengaku pernah melakukan tindak pencurian di rumah tetangga.
Kejadian itu sangat disesali oleh Iyang karena telah membaut malu keluargannya, khususnya orangtuanya. “Saya melakukan tindakan kriminal di rumah tetangga. Hebohnya sekeluarga. Ibarat ngasih kotoran ke muka orangtua,” kata Iyang.
Lebih lanjut Iyang bercerita, saat itu dirinya di tahan di Lembaga Pemasyarakatan Kebon Waru, Bandung. Dari dua tahun vonis yang dijatuhkan hakim, Iyang menjalaninya selama setahun dan mendapat banyak pelajaran selama di lapas.
“Dari polsek terus dibawa ke Lembaga Pemasyarakatan Kebon Waru (Bandung, Jawa Barat). Lebih dari pesantren (pengalaman di penjara). Waktu ibadah disiplin. Bahasa sopan-santun. Pelajarah hidup semua ada di bui,” terangnya kepada Andra.
Iyang menjadikan pengalaman itu sebagai bukti Tuhan sayang dia. “Mungkin jalan dari Tuhan biar saya jera, jadi dimasukkin bui. Mungkin Allah masih sayang sama saya. Kalau enggak, mungkin saya dibiarin enggak kapok (berbuat kriminal),” pungkasnya.
