The Green Mile adalah sebuah film drama yang dirilis pada tahun 1999 silam. Film tersebut diadaptasi dari novel berjudul sama karya Stephen King rilisan tiga tahun sebelumnya. Cerita The Green Mile berlatar belakang tahun 1930-an di sebuah penjara bernama Cold Mountain di Louisiana, Amerika Serikat. Film tersebut mengisahkan tentang Paul Edgecomb (Tom Hanks), seorang sipir penjara yang bertugas di blok eksekusi mati. Diceritakan dia dan timnya harus menangani narapidana baru, John Coffey, yang dijatuhi hukuman mati atas tuduhan pembunuhan. Namun seiring berjalannya waktu, Paul mulai merasa bahwa John bukanlah seperti narapidana pada umumnya. Bagaimana kisah selengkapnya? Yuk simak ulasan selengkapnya Popmagz.com di bawah ini.
Napi Seram Berhati Lembut
The Green Mile dimulai dengan menceritakan seorang kakek bernama Paul yang tinggal di pantai jompo. Setiap hari, Paul rajin berjalan ke bukit dekat pantinya meskipun usianya sudah sangat tua. Suatu hari, ketika mereka semua sedang menonton TV bersama, Paul menangis melihat cuplikan film lama dan memilih pindah ke ruangan lain untuk menenangkan diri. Elaine (Eve Brent), sahabatnya di panti, menemani Paul dan bertanya mengapa dia menangis. Akhirnya Paul mulai menceritakan masa lalunya sebagai seorang kepala bagian eksekusi mati di penjara Cold Mountain. Mereka menyebut lantai koridor penjara itu sebagai Green Mile karena berwarna hijau. Paul kemudian menceritakan pengalaman terbesar dalam hidupnya di tahun 1930-an, sebelum dia pensiun.
Adegan berpindah ke tahun 1935, di mana Paul masih dalam kondisi prima saat bertugas di penjara. Suatu hari, penjara menerima seorang tahanan baru yang akan dieksekusi mati. Paul bersama teman-temannya, Brutal (David Morse), Dean (Barry Pepper), dan Harry (effrey DeMunn) bersiap menyambut tahanan baru tersebut. Namun, tahanan ini tidak seperti yang lain. Ia berkulit hitam, tubuhnya sangat kekar dan tinggi. Namun begitu, ketika ia berbicara ekspresi wajahnya seperti orang yang sangat ketakutan. Tahanan itu bernama John Coffey (Michael Clarke Duncan). John dipidana karena dituduh menculik, membunuh, dan memperkosa dua gadis kecil. Dia ditangkap di pinggir sungai dalam keadaan dua gadis kecil bersimbah darah di pangkuannya.
Suatu hari saat Paul dan teman-temannya bertugas, tikus muncul dari bawah sel khusus. Setelah mengeluarkan barang-barang dari dalam sel tersebut, mereka tidak menemukan tikus tersebut. Keesokan harinya, sipir baru bernama Percy (Doug Hutchison) berusaha menangkap tikus tersebut sampai ke dalam sel hingga membuat keributan. Paul yang melihat upaya Percy memarahinya karena perilakunya itu dapat mengganggu ketenangan para tahanan yang sedang menunggu hari eksekusi mereka. Percy sebenarnya adalah “sipir” titipan pejabat setempat, tepatnya merupakan keponakan istri gubernur. Tak mengherankan bila dia langsung dapat posisi yang nyaman di penjara tersebut serta senang berlagak seperti pahlawan dan bertingkah seenaknya.
Kedatangan Pembunuh Gila
Ketika Paul Asyik mendengarkan musik di koridor, seorang tahanan yang bernama Del (Michael Jeter) asyik tertawa sendiri karena mempunyai teman baru. Teman barunya itu ternyata adalah tikus yang sehari sebelumnya dicari Paul dan teman-temannya. Tikus itu sangat akrab dan nurut, bahkan ia diberi nama Mr. Jingles oleh Del. Sebagai seorang sipir yang baik, Paul membiarkan tikus itu bersama Del sampai hari eksekusinya yang tidak lama lagi. Paul lalu dipanggil oleh atasannya yang bernama Hal (James Cromwell) untuk datang ke kantornya. Sampai sana, Hal memberitahu akan datang tahanan baru yang bernama Wharton (Sam Rockwell). Wharton digambarkan sebagai pembunuh keji dan setengah gila, dimana salah satu korban kekejamannya adalah seorang wanita hamil.
Hal juga mencurahkan kesedihannya karena Melinda (Patricia Clarkson) istrinya menghidap kanker otak stadium akhir. Hari berganti, Paul diperlihatkan alami infeksi saluran kemih hingga dia kesulitan untuk beraktivitas. Dikisahkan Wharton sudah membuat keributan saat pertama datang, bahkan sampai menendang selangkangan Paul yang sakit. Tendangan Warton itu kemudian membuat penyakit Paul kambuh sampai ia ambruk di depan sel. Coffey tiba-tiba berteriak memanggil Paul untuk datang mendekat. Dengan masih menahan sakit, Paul berdiri dan mendekat lalu tiba-tiba tangan Coffey memegang selangkangan Paul, diikuti lampu penjara yang berkedip-kedip. John kemudian mundur duduk di selnya lalu mengeluarkan banyak serangga dari mulutnya. Ia tampak sangat kelelahan dan mengatakan telah mengeluarkan “sesuatu” dari Paul.
Paul masih kaget kemudian ke toilet untuk buang air kecil. Secara tiba-tiba infeksi saluran kemingnya sembuh. Dia kini dapat buang air kecil dengan lancar, bahkan sepulang kerja ia melakukan hubungan intim dengan istrinya dari malam hingga pagi hari. Dari kejadian itu, Paul sadar bahwa “sesuatu” yang dikeluarkan Coffey adalah penyakitnya alias telah disembuhkan. Dari sana, ia coba untuk menelusuri kasusnya untuk memastikan bahwa Coffey tidak bersalah. Paul menemui mantan pengacara Coffey untuk bertanya banyak hal. Sang pengacara bercerita, karena tubuh besar dan kulitnya yang gelap, orang-orang yakin Coffey benar-benar melakukan pembunuhan. Kemudian Paul bertanya terkait asal-usul Coffey, pengacara tersebut mengaku tidak tahu.
Paul Yakini Coffey Orang Baik
Paul mempunyai keyakinan kuat bahwa Coffey bukanlah orang jahat dan tidak bersalah atas kasus pembunuhan yang dituduhkan padanya. Paul telah banyak melihat orang-orang yang jahat yang keluar masuk sel penjara dan menurutnya Coffey tidak memiliki ciri khas orang jahat sebagaimana yang dia lihat selama ini. Di tempat lain, Wharton semakin menggila tingkahnya di penjara. Ia sering mengganggu para sipir, mulai dari meludahi Paul, mengencingi Harry, bahkan menyemburkan makanan ke Brutal. Dia sempat pula mengerjai Percy dengan memegang selangkangannya hingga ia ketakutan dan ngompol. Del yang sering diperlakukan semena-mena oleh Percy pun menggunakan kesempatan itu untuk balas dendam dengan mengolok-oloknya saat ngompol.
Baca juga:
Keesokan harinya, Del diberi kabar akan waktu eksekusinya. Ia hanya meminta agar tikusnya benar-benar dirawat. Demi menyenangkan hati Del, Paul dan Brutal mengatakan Mr. Jingles akan mereka bawa ke tempat sirkus. Namun saat Mr. Jingles berlatih lempar tangkap dan melewati lorong sel, Percy yang dendam karena usai diolok-olok langsung menginjak tikus itu hingga sekarat. Del yang melihatnya menangis histeris meratapi hewan peliharaan kesayangannya. John Coffey lalu meminta Paul untuk membawakan tikus sekarat itu ke tangannya. Kemudian ia seakan-akan menghirup sesuatu dari tikus itu. Tak berselang lama mulutnya keluar banyak serangga. Mr. Jingles pun kembali sehat dan luka-lukanya bekas injakan Perci mendadak hilang begitu saja.
Momen tersebut disaksikan juga oleh Brutal, Dean, dan Harry hingga membuat mereka benar-benar bingung akan apa yang terjadi. Paul dan Brutal lalu mendatangi Percy untuk menghukumnya. Dia dipaksa membuat perjanjian dengan mengancamnya akan disiksa jika sehabis eksekusi Del, dirinya tidak pindah dari penjara tersebut. Akhirnya Percy pun menyetujui dengan syarat ia ingin memimpin proses eksekusi Del. Hari eksekusi Del pun akhirnya tiba keseokan harinya. Saat akan dieksekusi, Percy sengaja tidak membasahi spons yang akan ditaruh di kepala Del sehingga aliran listrik tidak fokus ke saraf otak Dale. Hal itu membuat Del terbakar hidup-hidup saat dieksekusi hingga membuat orang-orang yang menyaksikan eksekusi panik dan ketakutan.
Obati Istri Kepala Penjara
Percy hampir saja dihajar habis-habisan oleh Brutal karena ulahnya sebelumnya, tetapi Paul menahannya. Paul mengingatkan bahwa Percy akan segera dipindahkan dan masalah akan semakin rumit jika ia memukulnya. Besok paginya Paul mengajak ketiga bawahannya untuk makan-makan. Saat sedang asyik bercanda, Paul menanyakan pendapat ketiganya tentang kejadian Mr. Jingles yang disembuhkan oleh Coffey. Paul berkata, Coffey bukanlah orang jahat, tidak mungkin Tuhan memberikan kemampuan penyembuhan seperti itu jika dia jahat. Paul juga membongkar rahasia kesembuhan infeksi saluran kemihyah berkat Coffey. Dia juga meminta pendapat bagaimana jika mereka membawa keajaiban John untuk menyebubkan istri Hal yang sudah sekarat.
Awalnya ketiganya tidak setuju karena mereka kurang mengenal Melinda istri Hall. Selain itu, mereka bisa saja dipenjara bila ketahuan membawa keluar tahanan. Pada akhirnya Paul berhasil meyakinkan mereka dan rencana membawa Coffey ke rumah Hal dilaksanakan pada malam harinya. Coffey yang melihat kondisi Melinda merasa sedih kemudian bergegas melakukan penyembuhan. Saat semua sudah selesai, John seperti biasa sangat kelelahan. Hanya saja kali ini dia tidak mengeluarkan serangga dari mulutnya. Hal bahagia saat mendapati Melinda kini dalam kondisi yang sehat kembali. Tak henti-hentinya Hal dan Melinda berterima kasih kepada Paul dan lainnya. Sebagai rasa terima kasih atas kebaikan Coffey, Melinda memberikan kalung dan memeluknya.
Mereka berempat kemudian bergegas membawa kembali Coffey ke selnya. Sesampainya kembali di penjara, Coffey langsung terkapar dan beristirahat. Percy yang sebelumnya dikurung di sel khusus agar tidak mengetahui Coffey dibawa ke rumah Hal kemudian dikeluarkan. Baru saja keluar sel, ia kemudian dicekik oleh Coffey sembari mengeluarkan serangga dari mulutnya masuk ke mulut Percy. Percy mendadak seperti orang yang linglung berjalan ke sel Wharton kemudian langsung menembaknya beberapa kali sampai mati. Selesai membunuh Wharton, barulah seluruh serangga yang masuk ke mulut Percy keluar menguap. Paul kemudian menanyakan John kenapa ia melakukan hal itu. John hanya mengatakan keduanya mesti dihukum atas kejahatannya.
Pembunuh Sebenarnya Terungkap
Coffey lalu menjabat tangan Paul untuk memperlihatkan penglihatan supranatural tentang kejahatan Wharton selama ini. Seketika ia melihat masa hidup Warton ketika ia menjadi tukang cat rumah orang. Ia diberi makan, diberi tempat tinggal, namun malah membunuh kedua putri majikannya. Kedua putri majikan Wharton itulah yang ingin diselamatkan oleh Coffey dengan kekuatan penyembuhannya, namun sudah terlambat dan dia yang malah dikira pembunuh. Paul pun menangis mendapati siapa sebenarnya pelaku pembunuhan yang dituduhkan pada Coffey. Dia menangis lantaran kematian Wharton sama artinya tidak ada peluang bagi Coffey untuk membersihkan namanya. Setelah melihat semua keajaiban dan kebaikan hati Coffey, Paul semakin jatuh dalam dilema.
Ia sudah berusaha memikirkan beberapa cara untuk membebaskan Coffey, namun tak ada yang bisa dia lakukan. Paul bahkan sempat menawari John apakah ia ingin dibiarkan melarikan diri dari penjara. Paul takut akan masuk ke neraka karena menghukum orang yang tidak bersalah. Namun John malah menenangkan Paul dengan mengatakan ia tidak perlu ragu saat menjadi pimpinan eksekusi dirinya. Coffey sendiri mengaku pada Paul bahwa dia sudah lelah hidup di dunia melihat dosa-dosa manusia. Brutal kemudian menanyakan apa hal terakhir yang benar-benar Coffey inginkan. Coffey dengan senyum mengatakan bahwa ia belum pernah menonton film sebelumnya. Maka itu Paul dan Brutal akhirnya membawa Coffey ke tempat pemutaran film yang diimpikannya.
Film Sebagai Kenangan Terakhir
Coffey sangat senang saat menonton film yang sedang ditayangkan. Film itu adalah film yang membuat Paul menangis di panti jompo pada awal cerita tadi. Cerita kemudian berlanjut ke hari eksekusi Coffey, dimana Paul, Brutal, Dean, dan Harry mengiringi Coffey menyusuri Green Mile ke ruang kematiannya. Seluruh orang yang hadir terlihat geram kepada Coffey karena mengira Coffey ia bersalah atas kematian dua gadis kecil yang dibunuh Wharton. Para sipir yang mengetahui kebenarannya hanya bisa terdiam sedih, bahkan Dean terlihat tidak kuasa menahan tangis. Sebelum melakukan eksekusi, Paul menyempatkan jabat tangan perpisahan dengan Coffey. Scene film kemudian kembali ke masa sekarang, dimana Paul melanjutkan ceritanya kepada Elaine.
Sejak hari eksekusi Coffey, Paul dan Brutal tidak sanggup melakukan eksekusi lagi. keduanya minta untuk dipindahtugaskan ke bagian lain, tak lagi kerja di penjara bagian eksekusi narapidana. Kemudian terungkap Coffey sebelum mati sempat menyalurkan sebagian kehidupannya ke Paul lewat jabat tengan terakhir. Hal itu membuat Paul panjang umur sampai kini 108 tahun usianya. Pun dengan Mr. Jingles yang sekarang juga masih sehat menemaninya. Ia menganggap umurnya yang panjang adalah hukuman dari Tuhan karena telah membunuh salah satu keajaiban-Nya. Dengan begitu, ia akan tersiksa dengan kesedihan melihat orang-orang yang ia sayangi meninggal, mulai dari istrinya, anaknya, dll. Film pun ditutup dengan Paul yang pada akhirnya bisa meninggal dengan tenang.